Berawal
dari sebuah perkenalannya dengan seorang pemuda muslim Evi Cristiani yang kini
sudah menjadi seorang muslimah yang patut dicontoh. Perilaku keislamannya
benar-benar diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari walau begitu berat cobaan
yang dihadapinya.
Sekali
syahadat sebagai kesaksian sakral sudah ia ucapkan maka pantang baginya untuk
surut menegakkan kalimat Allah dalam kalbunya. Sudah pasti orang tuanya
menentang keinginannya, Evi pun harus hijrah ke tempat kost agar ibadahnya
lancar ia kerjakan.
Belum
lagi beres masalah dengan orang tuanya lantaran ia masuk Islam, Evi harus
menghadapi masalah di tempat kerjanya. Gadis berusia 27 tahun bekerja di sebuah
biro perjalanan yang mayoritas karyawannya beragama non muslim. Profesionalisme
juga tidak dijalankan di sana karena sikap sebagian besar karyawannya masih
memakai sentimen agama.
Hasilnya
Evi jadi bulan-bulanan para atasan karena dianggap tidak sejalan dengan pola
pikir mereka. Ada acara rutin tiap dua pekan sekali yang wajib diikuti oleh
karyawan bagian Evi bertugas. Acara yang sarat dengan unsur maksiat itu adalah
mengunjungi bar-bar dan bersenang-senang hingga mabuk.
Dulu
ia tidak pernah lewatkan acara itu tapi sejak ia masuk Islam jelas acara model
itu ia tolak mentah-mentah. Segala alasan ia cari agar ia bisa terbebas dari
dosa itu. Sampai akhirnya atasannya jenuh dan tidak akan mengajak Evi hura-hura
lagi. Beres dengan yang satu itu muncullah masalah lain yang tak kalah
menyakitkan
Ketika
seorang kawannya pulang dari tugas ke eropa, ia membawa oleh-oleh yang
dibagikan ke rekan-rekannya kantornya tak terkecualiEvi. Oleh-oleh berupa kue
itu tak disangka mengandung daging babi. Lantaran Evi tidak tahu ia makan
segigit kue itu lalu kawannya punberkata,"Evi itu kan ada babinya kok
dimakan juga"
Mendengar
hal itu Evi pun lari ke kamar mandi dan memuntahkan sebisa-bisa makanan dalam
mulutnya sambil beristighfar tak henti-henti. Kawannya pun ia tegur, tidak
keras tapi tegas. Si kawan merasa tidak salah dan berkelit. Evi menghentikan
debatitu dan coba menyabarkan dirinya.
Yang
diingatnya hanya kekuatan Allah agar bisa memberinya kekuatan untuk dapat
bertahan dari cobaan ini. Sejak itulah kebencian mulai tumbuh subur di antara
rekan sejawatnya. Menanggapi hal tersebut atasannya segera memindahkannya ke bagian
lain.
Lagi-lagi
di bagian yang baru Evi dihujam oleh fitnah yang bertubi tubi. Manajernya yang
baru justru yang menjadi momok lahirnya fitnahan tersebut. Cobaan demi cobaan
itu dipuncaki dengan dipanggilnya ia oleh pihak SDM.
Ia
jelaskan bahwa ia harus menjalankan kewajibannya sebagai muslim yaitu shalat
dan berusaha menghindari kemaksiatan sekeras mungkin.Jalan keluar tidak ketemu
dan PHK jadi solusi yang terbaik.Evi terima dengan ikhlas,"rejekiku sudah
diatur olehNya," gumam Evi mantap sambil keluar kantor dengan perasaan
lega.
Semoga
Allah Swt memberikan kekuatan lahir bathin buat sdri. Evi yang telah
mendapatkan Hidayah di jalan Allah. Amin
0 komentar:
Posting Komentar