Jika anda sering mendengar istilah “Cara Shalat Nabi”, maka ada juga istilah Cara Makan Nabi atau Cara Makan Rasulullah atau Adab Makan Minum Rasulullah. Cara makan Rasullah tentu saja merupakan tata cara makan yang benar, cara makan yang baik dan cara makan sehat.
Bukti Adab Makan Minum Rasulullah Adalah yang Terbaik
Bukti primer yang paling kuat, paling ilmiah, paling masuk akal dan paling tidak terbantahkan adalah bukti di bawah ini:
Bukti primer yang paling kuat, paling ilmiah, paling masuk akal dan paling tidak terbantahkan adalah bukti di bawah ini:
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21).
Nah, jika ada bukti-bukti lain… itu hanya bukti tambahan saja atau
bukti sekunder. Bukti sekunder itu pasti tidak lebih kuat, tidak lebih
ilmiah, tidak lebih masuk akal dan mungkin saja dapat terbantahkan.
Tapi anehnya, banyak orang lebih meyakini bukti sekunder ketimbang bukti primer. Semoga bukan termasuk kita semua. Amin.
Begini contohnya:
Orang yang meninggalkan makan minum
karena puasa menurut ilmu Biokimia ternyata perlu, sehat dan baik! Lalu
dari kalangan kedokteran juga memberikan pernyataan yang senada. Mereka
memberikan sederet “alasan ilmiah” dari segudang ilmu dan laboratorium
yang dimilikinya. Ya, “Puasa itu baik”, menurut kesimpulan mereka.
Lantas…. kita pun percaya. Lalu jutaan orang lebih giat berpuasa.
Bahkan, yang semula ogah berpuasa mendadak ikut-ikutan juga puasa. Itu
karena mereka percaya pada Biokimia dan Kedokteran bahwa puasa itu
sehat, puasa itu perlu dan PUASA ITU BAIK!
Sadarkah anda, berabad-abad yang lalu Nabi Muhammad telah mendapat
kesimpulan itu dalam Al Baqarah yang berbunyi: wa antashuumu khairu
lakum, yang berarti “DAN PUASA ITU BAIK BAGIMU.”
Nah, jika puasa kita karena kesimpulan ahli Biokima atau kedokteran
berarti kita lebih percaya pada manusia ketimbang kepada Allah. Padahal
Allah sejak dulu telah memberikan penjelasan itu untuk kita, manusia.
Saya tidak anti Biokimia, wong saya dulu pernah menekuni ilmu Kimia.
Tapi semestinya kita tidak lebih mempercayainya di atas Al Quran atau
As Sunnah. Biokimia dan kedokteran adalah sekedar bukti sekunder, bukti
primernya adalah Al Quran.
Saya tidak mengatakan bahwa Biokimia dan Kedokteran bukan ilmu Allah,
wong kabeh-kabeh ilmune gusti Allah. Tapi pasal-pasal, hukum, postulat
dan kaidah Biokimia dan Kedokteran adalah ciptaan manusia, kan?
Cara yang tidak ilmiah
Jika untuk meyakini sebuah ayat Al Quran atau Hadits dengan cara menunggu hasil peneletian manusia, ini merupakan cara yang tidak ilmiah. Justeru seharusnya dibalik: untuk meyakini hasil penelitian manusia diperlukan ayat Al Quran. Jika hasil penelitian manusia tidak sejalan dengan Al Quran, maka sudah pasti hasil penelitian itu KELIRU! Setuju? Contohnya, terhadap teori Darwin yang tidak sejalan dengan Al Quran kita harus tolak mentah-mentah. Betul?
Jika untuk meyakini sebuah ayat Al Quran atau Hadits dengan cara menunggu hasil peneletian manusia, ini merupakan cara yang tidak ilmiah. Justeru seharusnya dibalik: untuk meyakini hasil penelitian manusia diperlukan ayat Al Quran. Jika hasil penelitian manusia tidak sejalan dengan Al Quran, maka sudah pasti hasil penelitian itu KELIRU! Setuju? Contohnya, terhadap teori Darwin yang tidak sejalan dengan Al Quran kita harus tolak mentah-mentah. Betul?
Sebaliknya, kita harus terima mentah-mentah seluruh isi Al Quran dan
Hadits walaupun tidak atau belum ada manusia yang melakukan penelitian
akan kebenaran dan mafaatnya. Oleh karena itu, di bawah ini saya sajikan
Adab Makan Minum Rasulullah berdasarkan hadits. Kita
harus percaya mentah-mentah bahwa cara ini adalah cara yang paling baik.
Kita tidak perlu menunggu hasil penelitian manusia. Kalaupun manusia
telah berhasil membuktikannya, itu merupakan bukti sekunder saja.
Adab Makan Minum Rasulullah
Dari Anas: “Bahwasanya Rasul SAW, sewaktu makan menggunakan tiga jari, dan sabdanya: “Ketika suapan seseorang dari kamu jatuh, hendaklah diambil, dibersihkan dari kotorannya, lalu dimakan, jangan dibiarkan syetan yang makan. Dan beliau SAW, menyuruh membersihkan sisa makanan di piring dengan sabdanya: “Kalian tiada mengetahui secara pasti di mana letak berkah pada makanan” (HR. Muslim)
Janganlah sekali sekali salah seorang di antara kamu makan dengan tangan kirinya dan jangan pula minum dengan tangan kiri karena setanlah yang makan dan minum dengan tangan kiri (HR Muslim)
Dari Annas dan Qatadah bahwa Rasulullah SAW melarang seseorang minum sambil berdiri. Qatadah berkata, “Bagaimana dengan makan?” Beliau (Rasul) menjawab, “Itu lebih buruk lagi” (HR Muslim, Tirmidzi)
Jangan meniup makanan/minuman (HR Tirmidzi)
Kesimpulan adab makan minum menurut hadits-hadits di atas:
- Rasul makan dengan tiga jari (ibu jari, telunjuk dan jari tengah)
- Usahakan makanan jangan sampai jatuh
- Jika makanan jatuh, ambillah lalu makanlah. Jangan biarkan dimakan setan
- Jangan menyisakan makanan, karena mungkin berkahnya pada sisa itu
- Jangan makan minum dengan tangan kiri
- Jangan makan minum sambil berdiri
- Jangan meniup makanan atau minuman
- Rasul makan dengan tiga jari (ibu jari, telunjuk dan jari tengah)
- Usahakan makanan jangan sampai jatuh
- Jika makanan jatuh, ambillah lalu makanlah. Jangan biarkan dimakan setan
- Jangan menyisakan makanan, karena mungkin berkahnya pada sisa itu
- Jangan makan minum dengan tangan kiri
- Jangan makan minum sambil berdiri
- Jangan meniup makanan atau minuman
Percayalah bulat-bulat bahwa inilah cara makan yang baik. Terimalah
teori ini mentah-mentah bahwa ini cara makan yang benar. Tidak usah
menunggu profesor mengadakan penelitian tentang cara makan minum
terbaik… anda ketinggalan kereta, Bung! Meskipun sudah ada bukti
medisnya, itu hanyalah bukti sekunder. Bukti primernya adalah QS Al
Ahzab:21 bahwa Rasulullah adalah contoh terbaik…
Anda mau menambahkan tentang adab makan minum Rasulullah? Monggo…
0 komentar:
Posting Komentar